Category Archives: BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A.    Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan), sementara pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Dalam buku yang berjudul Perencanaan Pembelajaran karya Abdul Majid bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari dua kata, yaitu:

  1. Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan
  2. Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.

Jadi perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar mata kuliah tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau lebih.

 

B.     Komponen Perencanaan Pembelajaran

Menurut buku yang berjudul Strategi Belajar Mengajar karya Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari:

  1. Tujuan ( objective)

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaranlainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi.

a. Bahan Pelajaran (material)

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Karena itu guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.

b. Metode (Method)

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode-metode mengajar mencakup:

  • Metode proyek: yaitu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dan berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
  • Metode eksperimen: yaitu cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
  • Metode tugas dan resitasi: yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
  • Metode diskusi: yaitu cara penyajian pelajaran di mana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
  • Metode sosiodrama: yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
  • Metode demostrasi: cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipalajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
  • Metode problem solving: yaitu menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
  • Metode karya wisata: yaitu mengajak siswa belajar keluar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain.
  • Metode tanya jawab: yaitu cara penyajian dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
  • Metode latihan: yaitu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Metode ceramah: yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.

c. Alat (media)

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

d. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan dan seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebuah sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Misalnya tes tuls, lisan, praktek dan lain-lain.

 

C. Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran

Tujuan :

Menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar, metode dan penggunaan alat dan perlengkapan pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia dan membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan (Sagala,2003).

Fungsi :

  • Memberi guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan hubungannya dengan pembelajaran yang dilakssiswaan untuk mencapai tujuan itu
  • Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pembelajarannya terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
  • Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pembelajaran yang diberikan dan prosedur yang dipergunakan.
  • Kegiatan yang bersifat trial dan error dalam mengajar Membantu guru dalam rangka mengenal kebutuhan-kebutuhan siswa, minat-minat siswa, dan mendorong motivasi belajar
  • Mengurangi dengan adanya organisasi yang baik dan metoda yang tepat.
  • Membantu guru memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa memberikan bahan- bahan yang up to date kepada siswa (Oemar Hamalik, 2001)

 

D.      Dasar Perlunya Perencanana Pembelajaran

Perlunya perencanana pembelajaran sebagiamana disebutkan diatas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perebaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

1.   Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.

2.   Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.

3.   Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar.

4.   Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan.

5.   Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran.

6.   Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.

7.   Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran.

8.   Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam uapya menetapkan metode pembelajaran:

1.    Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi.

2.    Metode pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsistensi pada hasil pembelajaran.

3.    Kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran.

 

E.       Manfaat Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guruuntuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:

1.  Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

2.    Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.

3.    Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid.

4.    Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.

5.    Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.

6.    Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:

1.    Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.

Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.

2.    Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan suatu mata pelajaran. Dengan kom petensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah ditentukan.

3.    Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan kesempurnaan siswa.

4.    Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksa naan akreditasi akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar kompetensi

5.    Memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.

6.    Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk menentukan keberhasilan belajarnya.

7.    Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun, divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat digunakan untuk mempertanggung-jawabkan kegiatan pembelajaran kepada publik.

8.    Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kom petensi yang lebih spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat atau transkrip yang menyata kan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

 

F.       Jenis-jenis Perencanaan

1.    Silabus

Merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.

2.    Standar Kompetensi

Merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam suatu bidang pengembangan.

3.    Kompetensi Dasar

Merupakan pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan peserta didik

4.    Hasil Belajar

Merupakan pernyataan kemampuan peserta didik yang diharapkan dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud.

5.    Indikator

Merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.

6.    Perencanaan Semester

Merupakan program pembelajaran yang dipetakan berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema, dan sebarannya ke dalam semester 1 dan 2.

7.    Perencanaan Mingguan

Disusun dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan pembahasan tema dan subtema.

8.    Perencanaan Harian

Disusun dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari.

Sumber:

http://www.slideshare.net/ChionkPemimpin/perencanaan-pembelajaran-12521655

http://dodiiwandra.blogspot.com/2012/01/konsep-dasar-perencanaan-pembelajaran.html

PERBEDAAN METODE PEMBELAJARAN, MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

 A.   Metode pembelajaran

 Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2008: 147). Metode dilakukan dengan Teknik dan taktik (penjabaran dari metode) (Sanjaya, 2008: 127). Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (contoh bagaimana agar ceramah dapat efektif?diperhatikan situasi dan kondisinya, misalnya ceramah pada saat siang dengan siswa yang banyak dengan pagi dengan siswa yg sedkit tentu saja berbeda tehnik nya). Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

 

B.   Model pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

 C.   Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

 Selain itu  pendekatan  pembelajaran  dapat diartikan sebagai suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Soedjana, 1986: 4). Pendekatan  dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum. OLeh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu (Sanjaya, 2008: 127)

 

D.   Kesimpulan

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

 Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

 Pendekatan pembelajaran  dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

 

 Daftar Pustaka

http://herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/

http://nikenmath-education.blogspot.com/2011/09/perbedaan-metode-strategi-pendekatan.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan. Berikut ini adalah macam-macam model pembelajaran

A.    MODEL CERAMAH

Adalah sebuah model pembelajaran dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Model pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai model pembelajaran yang paling ekonomis dalam menyampaikan informasi serta paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur.

Kelebihan:

  1. Metode yang murah dan mudah untuk dilakukan
  2. Dapat menyajikan materi yang luas
  3. Dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan
  4. Guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah
  5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana

Kelemahan:

  1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada yang dikuasai guru
  2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme
  3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan
  4. 4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum

B.     MODEL DISKUSI

Model pembelajaran diskusi merupakan model pembelajaran yang sangat berkaitan dengan pemecahan masalah. Model pembelajaran ini sering disebut sebagai diskusi kelompok dan resitasi/pelafalan bersama. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Pada model ini bahan atau materi pembelajaran tidak diorganisir sebelumnyaserta tidak disajikan secara langsung kepada siswa, karena tujuan utamanya bukan hanya sekedar hasil belajar, tapi yang lebih penting adalah proses belajar.

Kelebihan:

  1. Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide
  2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasisetiap permasalahan
  3. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu diskusi juga bisa melatih seswa untuk menghargai pendapat orang lain.

Kelemahan:

  1. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara
  2. Terkadang pembahasan dalam diskusi meluas, yang terkadang tidak sesuai dengan yang direncanakan
  3. Memerlukan waktu yang cukup panjang
  4. Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol

 

C.    MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

Pengajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi berhubungan erat dengan model pengajaran langsung. Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang terorientasi pada tugas-tugas yang diberikan.

Sintaks model pengajaran langsung

ü  Fase 1  : menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa:

ü  Fase 2  :mendemonstrasikan keterampilan (pengetahuan prosedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif)

ü  Fase 3  : Membimbing pelatihan

ü  Fase 4  : Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

ü  Fase 5  : Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

D.    MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Model pembelajaran ini adalah menggutamakan kerjasama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu unutk menuntaskan materi belajar siswa dalam kelompok secara kooperatif, kelompok siswa dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, penghargaan lebih diutamakan pada kelompok daripada perorangan. Menggunakan pembelajaran kooperatif berarti mengubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya  ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Sintaks model pembelajaran kooperatif

ü  Fase 1  : Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

ü  Fase 2  : Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

ü  Fase 3  : Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

ü  Fase 4  : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

ü  Fase 5  : Evaluasi

ü  Fase 6  : Memberikan penghargaan

 

E.     MODEL PENGAJARAN BERDASARKAN MASALAH

Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang unutk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa tetapi bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Sintaks model pembelajaran berdasarkan masalah

ü  Fase 1  : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

ü  Fase 2  : mengorganisasi siswa untuk belajar

ü  Fase 3  : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

ü  Fase 4  : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

ü  Fase 5  : menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

F.     MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

Model Pembelajaran inkuiri adalah model penemuan yang dirancang guru sesuai kemampuan dan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, mengurangi ketergantungan kepada guru dan memberi pengalaman seumur hidup. Penemuan sering dikaitkan dengan inkuiri. Penemuan boleh diartikan sebagai proses mental mengasimilasikan konsep dan prinsip. Penemuan berlaku apabila seseorang itu menggunakan proses mental dalam usaha mendapatkan satu konsep atau prinsip.

Sintaks model pembelajaran inkuiri

ü  Fase 1  : Observasi untuk menemukan masalah

ü  Fase 2  : Merumuskan masalah

ü  Fase 3  : Mengajukan hipotesis

ü  Fase 4  : menrencanakan pemecahan masalah

ü  Fase 5  : melaksanakan eksperimen

ü  Fase 6  : melakukan pengamatan dan pengumpulan data

ü  Fase 7  : analisis data

ü  Fase 8  : penarikan simpulan atau penemuan

G.    MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

Sintaks Model pembelajaran role playing

ü  Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

ü  Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM

ü  Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

ü  Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

ü  Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan

ü  Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan

ü  Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas

ü  Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

ü  Guru memberikan kesimpulan secara umum

ü  Evaluasi

ü  Penutup

 H.    MODEL PEMBELAJARAN FACILITATOR AND EXPLAINING

Siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta lainnya

Sintaks model pembelajaran facilitator and explaining

ü  Fase 1  : Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

ü  Fase 2  : Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

ü  Fase 3  :Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya

ü  Fase 4  : Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa

ü  Fase 5  : Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu

ü  Fase 6  : Penutup

 I.        MODEL CERAMAH PLUS

Model pembelajaran ceramah plus adalah model pembelajaran yang menggunakan lebih dari satu model, yakni model ceramah yang dikombinasikan dengan model yang lain. Terdapat 3 jenis model pembelajaran ceramah plus, yaitu: model ceramah plus tanya jawab dan tugas, model ceramah plus diskusi dan tugas, dan model ceramah plus demosntrasi dan latihan

 

Sumber:

http://carapedia.com/macam_macam_model_pembelajaran_terbaru_info644.html

http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-konvensional

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran/

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Pada masa-masa awal diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus, dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respon tertentu (pengaruh aliran tingkah laku masih terlihat di sini). Namun, lambat laun perhatian itu mulai bergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh  siswa. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam “tahap-tahap perkembangan” yang diusulkan oleh  Jean Piagiet, “belajar bermakna”nya Ausubel, dan “belajar penemuan secara bebas” (free discovery learning) oleh  Jerome Bruner.

 Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

Meskipun pendekatan kognitif ini sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, tidak berarti pendekatan kognitif anti terhadap aliran behavioristik.

Tokoh Teori Belajar Kognitif

1.      PIAGIET

Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

a.   Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif  yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai  informasi baru) itu yang disebut asimilasi.

b.    Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi) prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang disebut akomodasi.

c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam” dan “dunia luar”.

 Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang lebih tinggi (operasional kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

2.      AUSUBEL

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu (1) belajar dengan penemuan yang bermakna, (2) belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.

3.      BRUNER

Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril, yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

 Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu: (1) mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan, (2) kesiapan (readiness) siswa untuk belajar, (3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, (4) motivasi atau keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak informasi, motivasi, dan minat siswa.

Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang mengandung makna adanya alam semesta sebagai  realita, hanya dalam pikiran manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama dan utama yang perlu dikembangkan oleh  para guru dalam membelajarkan peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh  sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui sentuhan proses pendidikan.

Kesimpulan

Pandangan Teori Belajar Kognitif adalah:

a.   Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu.

b.       Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri..

c.       Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.

d.  Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.

e.    Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal,  mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.

SUMBER:http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2011/01/teori-belajar-kognitif.html